REYOG atau REOG? Walaupun tidak serius, perbedaan pendapat dalam penulisan REOG (tanpa Y) dan REYOG (menggunakan Y) selama ini cukup membingungkan masyarakat. Masing-masing pihak mempunyai alasannya sendiri. Baik, mari kita pelajari satu per satu. Jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kita hanya akan mendapati kata REOG, bukan REYOG, yakni kesenian yang identik dengan Re(y)og Ponorogo. Namun, pihak yang cenderung memilih menulis REYOG juga punya alasannya sendiri, walaupun REYOG tidak tercantum dalam KBBI. Penulisan REYOG (menggunakn Y) mengacu pada sebuah kalimat yang dianggap mempunyai makna lebih dalam daripada akronim REOG. Jika salah satu huruf dihilangkan, kata REYOG akan berubah makna secara keseluruhan. Lalu, ada juga yang berpendapat bahwa penulisan REYOG mengacu kepada penulisan aslinya, yaitu menggunakan aksara Jawa (Ra, Ya, Ga). Terlepas dari alasan-alasan di atas, hal mendasar yang perlu disadari adalah bahwa penulisan REOG atau REYOG bisa sama-sama dianggap benar, bisa juga dianggap sama-sama salah karena mengingat kata Re(y)og berakar dari bahasa Jawa, bukan bahasa Indonesia. Suatu bahasa akan menjadi benar jika ditulis menggunakan aksara aslinya. Dengan demikian, kata Re(y)og akan menjadi benar jika ditulis menggunakan aksara Jawa karena berakar dari bahasa Jawa. Adapun bila sekarang telah diserap menjadi bahasa Indonesia, maka harus ditulis menggunakan huruf (import dari) Latin. Oleh karena itu, yang diperlukan sekarang adalah kesepakatan bersama secara resmi dari pelaku seni Re(y)og bersama pemerintah dan tidak ada pembahasan mengenai makna lagi Nah, sekarang jadi makin tahu, kan? Mari kita bersama-sama mengenali, mencintai, dan melestarikan budaya kita. Artikel selengkapnya di www.manggolomudho.com @Manggolo Mudho #fyp #reog #reogindonesia #budaya #viral #lewatberanda #seni #tradisi #budayaindonesia #reyogponorogo #reogponorogo #ponorogo #indonesia #warisanbudaya #reogdiluarnegeri #eropa #belgium